Jumat, 20 Desember 2013

laporan kelarutan

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kelarutan adalah jumlah zat yang terlarut pada waktu berada dalam keseimbangan dengan bagian padat pada suhu tertentu.Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia farmasi karena suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat membantu para ahli farmasi dalam membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian, pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat kimia dan fisika zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.  Dalam percobaan ini akan dilakukan uji kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air.



B.       Maksud Praktikum
1.         Untuk menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2.         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
C.      Tujuan Praktikum
1.        Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2.        Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3.        Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif dlam air dalam pembuatan sediaan cair
D.    Prinsip Praktikum

Penentuan kelarutan dari kadar asam salisilat berdasarkan penambahan tween 80, sebagai surfaktan dengan konsentrasi yang bervariasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Dasar Teori
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989).
Karena suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut membentuk kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu, efek gangguan tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita tahu bahwa kenaikan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang akan mengabsorbsi panas.Karena, kalau solut tambahan yang ingin melarut dalam larutan jenuh harus mengabsorbsi energi, maka larutan zat tersebut akan bertambah jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solut tambahan yang dimasukkan ke dalam larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solut akan menjadi kurang larut jika temperatur dinaikkan (Moechtar, 1989).
Pada umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam solven cair bertambah dengan naiknya temperatur.Untuk gas adlam zat cair, kelakuan yang sebaliknya terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat cair hampir selalu bersifat eksotermik, sebab partikel-partikel solut telah terpisah satu sama lain dan efek panas yang dominan akan timbul akibat solvasi yang terjadi bilamana gas larut. Kaidah Le Chatelier meramalkan bahwa kenaikan temperatur akan mengakibatkan perubahan endotermik, yang untuk gas terjadi bilamana ia meninggalkan larutan. Oleh karen aitu, gas-gas menjadi kurang larut jika temperatur zat cair di mana gas dilarutkan menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, mendidihkan air. Gelembung-gelembung kecil tampak pad apermukaan panci sebelum pendidihan terjadi. Gelembung-gelembung tersebut mengandung udara yang diusir dari larutan jika air menjadi panas.Kita juga menggunakan kelakukan kelarutan gas yang umum bilamana kita menyimpan botol yang berisi minuman yang diberi CO2 dalam almari es dalam keadaan terbuka.  Cairan tersebut akan menahan CO2 yang terlarut lebih lama bilamana ia dijaga tetap dingin, sebab CO2 lebih larut pada temperatur-temperatur rendah. Lain contoh dari phenomenon ini adalah gas-gas yang terlarut dalam air mengalir dalam telaga-telaga dan dalam sungai-sungai. Kadar oksigen yang terlarut, yang merupakan keharusan bagi kehidupan marine, berkurang dalam bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar oksigen selama musim dingin (Moechtar, 1989).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut yang rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi (Martin , 1993).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut .Kelarutan suatu zat tergantung atas dua factor, yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul besar, kecepatan kecil disbanding dengan zat yang molekulnya .dengan penggerusan kristal sampai halus, akan memperluas permukaan sedangkan dengan pemanasan tidak hanya kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan difusi (Martin, 1993).
Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat dilewati oleh molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam larutan kearah  menyamakan konsentrasi larutan pada kedua sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran semipermeabel (semipermeable membrane). (Martin, 1990)
Kekuatan tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan molekul ion.Kekuatan dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara molekul-molekul seperti itu, menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair atau gas) pada kondisi tertentu seperti suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa kebanyakan senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk molekul suatu zat padat (Howard, 1990).
Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik menarik. Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak menolak mencegah terjadinya interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila gaya tarik menarik dan tolak menolak sama maka energi potensial diantara dua molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil (Howard, 1990).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk m embuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP) (Howard, 1990).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan.Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).
Higuchi dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar dimana titik A garis memotong sumbu tegak adalah  kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena kompleksasi.Pada titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri.Kompleks terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina ditambahkan.Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Alfred, 1990).
Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh (Esteien Y, 2005).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan  perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200  dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran  mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979).
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut
Kurang dari 1
Mudah larut
1 sampai 10
Larut
10 sampai 30
Agak sukar larut
30 sampai 100
Sukar larut
100 sampai 1000
Sangat sukar larut
1000 sampai10.000
Praktis tidak larut
Lebih dari 10.000
     Faktor yang mempengaruhi kelarutan
-          Sifat dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo, 1977)
-          pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).
-          Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).
-          Solution aditif.
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu (Lund, 1994).
B.     Uraian Bahan
1.    Air suling (Ditjen POM, FI III : 96)
Nama resmi                                         : AQUA DESTILLATA
Sinonim                                               : Air suling
Rumus Molekul                                   : H2O
Berat Molekul                                     : 18,02
Pemerian                                             :   cairan tidak berwarna, tidak     mempunyai rasa                            
Penyimpanan                                       :  Dalam wadah tertutupbaik
Kegunaan                                            :  Sebagai pelarut
2.    Alkohol (Ditjen POM, FI IV: 63)
Nama resmi                                         :  AETHANOLUM
Sinonim                                               :  Etanol, etil alkohol
Rumus Molekul                                   :  C2H6O
Berat Molekul                                     : 46,07
Pemerian                                            : cairan mudah menguap,tidak       berwarna, jernih,. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar.
Kelarutan                                            :               bercampur dengan air dan         praktik bercampur dengan pelarut organik lain.
Penyimpanan                                       :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                                            :  Sebagai pelarut
3.    Asam salisilat(Ditjen POM,FI IV : 50)
Nama resmi                                         : ACIDUM SALICYLUM
Sinonim                                               : Asam salisilat
Rumus Molekul                                   : C2H6O3
Berat Molekul                                     : 138,12
Pemerian                                          : hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara.
Kelarutan                                            : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air endidih, agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan                                    : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                                            : Sebagai sampel
4.     Propilen glikol (Ditjen POM, FI IV : 712)
Nama resmi                                         : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim                                               : Propilen glikol
Rumus Molekul                                   : C3H8O2
Berat Molekul                                     : 76,09
Pemerian                                              : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
Kelarutan                                            : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Penyimpanan                                       : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                            : Sebagai pelarut
5.     Tween-80 (Ditjen POM, FI III : 567)
Nama resmi                                         : POLYSORBATUM 80
Nama lain                                            : Polisorbat 80, tween
Pemerian                                             : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan                                            : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P
Kegunaan                                            : Sebagai pelarut
Penyimpanan                                      : Dalam wadah tertutup rapat
C.    Prosedur kerja ( Anonim, 2013 )
A.    Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
1.      Masukan 1 gram asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh.
2.      Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
B.     Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
1.      Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini
Pelarut
Air % (v/v)
Alkohol (v/v)
Propilen glikol % (v/v)
A
60
0
40
B
60
5
35
C
60
10
30
D
60
15
25
E
60
20
20
F
60
30
10
G
60
35
5
H
60
40
0

2.      Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam masing-masing campuran pelarut.
3.      Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh kembali.
4.      Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.
5.      Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
C.     Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1.      Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0.1; 0.5; 1,0; 5,0; 10,0; 50,0; dan 100mg/100ml.
2.      Tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.
3.      Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh kembali.
4.      Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan
5.      Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.













BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.    Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a.        Batang pengaduk
b.      Cawan porselin
c.       Corong gelas
d.      Erlenmeyer 25 ml
e.       Gelas kimia 100 ml
f.       Gelas ukur 100 ml
g.      Magnetic strirer italic
h.      Sendok tanduk
i.        Timbangan analitiuk
j.        Oven
B.  Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam prktikum yaitu :
a.       Air suling
b.      Asam salisilat
c.       Alumunium foil
d.      tween 80

C.      Cara kerja
1.        Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
a.       Dimasukkan 1 gram asam salisilat dalam 100 ml air dan kocok selama 50 jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat smpai diperoleh larutan yang jenuh.
b.      Disaring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
2.        Pengaruh pelarut campur erhadap kelarutan zat
a.       Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini.
Pelarut
Air % (v/v)
Alkohol % (v/v)
Propilen glikol % (v/v)
A
60
0
40
B
60
5
35
C
60
10
30
D
60
15
25
E
60
20
20
F
60
30
10
G
60
35
5
H
60
40
0
b.      Diambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam masing-masing campuran pelarut.
c.       Dikocok larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan yang larut selama pengocokkan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali
d.      Disaring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut
e.       Dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
3.        Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
a.       Dibuat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0 ; 5,0 ; 10,0 ; 50,0, dan 100 mg/100ml
b.      Ditambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan
c.       Dikocok larutan dengan stirer selama 30 menit. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
d.      Disaring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut
e.       Dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan
f.       Ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80
4.        Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
a.       Dibuat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4,5,6,7 dan 8
b.      Diambil 25 ml masing-masing larutan lalu tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalamnya
c.       Dikocok larutan dengan stirer selam 30 memit. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yag jenuh kembali















BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.    Hasil dan Perhitungan
a.    Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
As. Salisilat (g)
Volume Air (ml)
Berat Kertas Saring (g)
Berat Kertas Saring + Residu (g)
Berat Residu (g)
Jumlah terlarut (g)
1,04
50
1,4005
2,3469
0.9464
0,0936
Perhitungan :
Berat residu         =   2,3469 gr – 1,4005 gr
                            =  0,9464 gr
Jumlah terlarut     =   1,04 - 0,9464
                            =   0,0936 gram/50 ml
                            =  
b.    Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Pelarut
K. Dielektrik
Berat Kertas Saring (g)
Berat Kertas Saring + Residu (g)
Berat Residu (g)
Jumlah terlarut (g)
A
61.04
1,756
1,756
0.8379
0,7185
B
60.605
1,4392
1,9100
0,4708
0,5292
C
60.17
1,4476
2,3554
0,9078
0,0922
D
59.735
1,5086
2,1028
0,5942
0,4058
E
59.3
1,3647
2,1023
0,7376
0,8492
F
58.43
1,4005
2,1993
0,7988
0,7753
G
57,995
1,3617
1,7594
0,3977
0,6823
H
57.56
1,346
2,125
0,779
0,771

Perhitungan :
Dik  Konstanta dielektrik :
                     Air                                  : 80,4
                        Propilen glikon l          : 32
                        Alkohol                       : 23,3
            Pelarut A :
Air                       :  
Propilen glikol     :          +
                                                  = 61,04
Pelarut B :
Air                       :  
Alkohol                :  
Propilen glikol     :         +
                                                  = 60,605
Pelarut C :
Air                       :  
Alkohol                :  
Propilen glikol     :           +
                                                  = 60,17
Pelarut D :
Air                       :  
Alkohol                :  
Propilen glikol     :               +
                                                  = 59,735
Pelarut E :
Air                       :  
Alkohol                :  
Propilen glikol     :           +
                                                  = 59,3
Pelarut F :
Air                       :  
Alkohol                :  
Propilen glikol     :            +
                                                  = 58,43
Pelarut G :
Air                       :  
Alkohol                :  
Propilen glikol     :           +
                                                  = 57,995
Pelarut H :
Air                       :  
Alkohol                :      +
                                                  = 57,56

                        Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
As. Salisilat (g)
Konsentrasi Tween 80%
Berat Kertas Saring (g)
Berat Kertas Saring + Residu (g)
Berat Residu (g)
Jumlah Terlarut (g)
2,5
1%
1,0325
2,7775
1,745
0,755
2
2%
0,8158
2,4939
1,6781
0,3219
1
3%
1,4547
2,0013
0,5466
0,4534
1,5
4%
0,8124
0,8882
0,0758
1,4242
1
5%
1,1097
1,6948
0,5851
0,4149
1
6%
1,0805
1,5625
0,482
0,518

Perhitungan :
-       Tween 1 %
Residu sampel        =   2,7775 gr – 1,0325 gr
                                    = 1,745 gr
Sampel yang larut  =   2,5 gr – 1,745 gr
                                    = 0,755 gr/1mm
-       Tween 2 %
Residu sampel          =   2,4939 gr – 0,8158 gr
                                 =   1,6781 g
Sampel yang larut    =   2 gr – 1,6781 gr
                                 =   0,3219 gr         
-       Tween 3 %
Residu sampel          =   2,0013 gr – 1,4547 gr
                                 =   0,5466 gr
Sampel yang larut    =   1 gr – 0,5466 gr
                                 =   0,4534 gr
-          Tween 4%
Residu sampel       =   0,8882 gr – 0,8124 gr
                               =   0,0758 gr
Sampel yang larut  =   1,5 gr – 0,0758 gr
                               =   1,4242 gr
-          Tween 5%
Residu sampel       =   1,6948 gr – 1,1097 gr
                               =   0,5851 gr
Sampel yang larut  =   1 gr – 0,5851 gr
                               =   0,4149 gr
-          Tween 6%
Residu sampel       =   1,5625 gr – 1,0805 gr
                               =   0,482 gr
Sampel yang larut  =   1 gr – 0,482 gr
                               =   0,518 gr/100 ml
 
c.     Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu zat
pH larutan
Berat sampel
Berast kertas saring
Sampel dan kertas saring
Residu sampel
Sampel yang larut
5,8
1 gr
1,4653 g
2,1622 g
0,6969 g
0,3031 g
6
1 gr
1,0541 g
1,7176 g
0,6635 g
0,3365 g
7
1 gr
1,4607g
1,9833 g
0,5226 g
0,4774g
8
1 gr
1,2980 g
1,3016 g
0,0036 g
0,9964g
Perhitungan :
-       pH 5,8
Residu sampel          =   2,1662 gr – 1,4653 gr
                                 =   0,6969 gr
Sampel yang larut    =   1 gr – 0,6969 gr
                                 =   0,3031gr
-       pH 6
Residu sampel          =   1,7176 gr - 1,0541 gr
                                 =   0,6635 gr
Sampel yang larut    =   1 gr – 0,6635 gr
                                 =   0,3365 gr
-       pH 7
Residu sampel          =   1,9833 gr – 1,4607 gr
                                 =   0, 5226 gr
Sampel yang larut    =   1gr – 0,5226 gr
                                 =   0, 4774gr
-       pH 8
Residu sampel          =   1,3016 gr – 1,2980 gr
                                 =   0,0036 gr
Sampel yang larut    =   1gr – 0,0036 gr
                                 =   0,9964 gr




A.    Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati  batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak  jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.
Dalam kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya seperti penggunaan pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa peningkatan kelarutan.
  Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1.    pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian sebaliknya.


2.    Temperatur
      Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :
a.       Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia akan mengendap.
b.      Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
c.       Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3.      Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
     Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
4.    Pengaruh jenis pelarut
          Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau molekul.
5.    Pengaruh konstanta dielektrik
          Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.
6.    Pengaruh penambahan zat-zat lain
                                    Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.
Praktikum kali ini kita mengujikan 3 macam percobaan yaitu, pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat, pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat dan pengaruh Ph  terhadap kelarutan suatu zat.
 Pada percobaan penentuan pengaruh pelarut terhadap kelarutan suatu zat, dilakukan dengan mengambil 50 ml pelarut campur yaitu pelarut A,B,C,D,E,F,G,dan H yang telah ditentukan terlebih dahulu konstanta dialektriknya kemudian dimasukkan 1 gram asam salisilat. Dikocok dengan menggunakan strirer selama 1,5 jam. Jika setelah dikocok masih ada endapan larut maka ditambahkan lagi asam salisilat hingga terbentuk endapan. Kemudian difiltrate lalu hasil filtratnya di keringkan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut, setelah itu dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik.
Pada praktikum ini terjadi banyak kesalahan pada hasil praktikum salah satu faktornya yaitu kurang telitinya praktikan pada saat membuat larutan yang lewat jenuh.
Aplikasi dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang farmasi, sebab dapat membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian


BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Uji kelarutan asam salisilat secara kuantitatif menunjukan asam salisilat sukar larut dalam air, hal ini sesuai literature bahwa asam salisilat sukar larut dalam air.
2.    Semakin tinggi konstanta dielektrik maka semakin sedikit asam salisilat yang terlarut, hal ini sesuaidengan literature bahwa asam salisilat merupakan senyawa nonpolar yang lebih larut dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik rendah.
3.    Semakin tinggi konsentrasi tween 80 semakin banyak asam salisilat yang terlarut.
B.     Saran
Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan tidak membuat keributan saat berada di dalam laboratorium.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Farmasi Fisika, Makassar : UMI.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta :Depkes.
Estien Y, 2005. “Kimia Fisika Untuk Paramedis”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rosenberg. 1992. “Kimia Dasar”. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Underwood, A,L., (1993), “Analisa kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Surabaya













SKEMA KERJA
1.      Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

Ditimbang bahan Asam Salisilat 1 gr dan 0,5 gr

Siapkan alat dan bahan
 



Keringkan residunya dan ditimbang

Saring endapan dengan menggunakan kertas filtrasi

Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 mL yang berisi larutan tween dengan konsentrasi 5%, 6%, 7%

Diaduk hingga homogen dengan menggunakan stirrer

Dilakukan penambahan kembali 0,5 atau 1 gr Asam Salisilat sampai membentuk endapan dan larutan menjadi jenuh

Hitung kelarutannya
 


















2.      Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

Siapkan alat dan bahan

Buat 100 ml larutan dapar fosfat pH 4, 5, 6, 7, dan 8

Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam

Masukkan 25 ml larutan dapar fosfat dan 1 g bahan Asam salisilat ke dalam erlenmeyer

Saring endapan dengan menggunakan kertas filtrasi


Bila tidak terdapat endapan, dilakukan penambahan kembali asam salisilat 1g atau 0,5 g hingga memperoleh laruan jenuh

Keringkan residunya dan ditimbang


Hitung kelarutannya

 






















3.      Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat



Siapkan alat dan bahan

Bila tidak terdapat endapan, dilakukan penambahan kembali asam salisilat 1g atau 0,5 g hingga memperoleh laruan jenuh


Masukkan 50 ml campuran pelarut dan asam salisilat 1 g ke dalam masing-masing erlenmeyer

Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam

Saring endapan dengan menggunakan kertas filtrasi


Keringkan residunya dan ditimbang


Buat 100 ml campuran bahan pelarut  Air, Alkohol dan Propilen glikol

Hitung kelarutannya