BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelarutan adalah
jumlah zat yang terlarut pada waktu berada dalam keseimbangan dengan bagian
padat pada suhu tertentu.Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
dunia farmasi karena suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya
terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha mempertinggi efek
farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Selain
itu dapat membantu para ahli farmasi dalam membantunya memilih medium pelarut
yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian,
pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan
gaya antarmolekul obat. Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat
kimia dan fisika zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor
temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal
terbaginya zat terlarut. Dalam percobaan
ini akan dilakukan uji kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air.
B. Maksud
Praktikum
1.
Untuk
menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan suatu zat.
C. Tujuan Praktikum
1.
Menentukan kelarutan suatu zat secara
kuantitatif
2.
Menerangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat
3.
Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan
untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif dlam air dalam pembuatan sediaan
cair
D.
Prinsip Praktikum
Penentuan kelarutan dari kadar asam salisilat berdasarkan penambahan
tween 80, sebagai surfaktan dengan konsentrasi yang bervariasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Dasar Teori
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah
solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah
solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur
dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan
kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989).
Karena
suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut membentuk
kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu, efek gangguan
tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita tahu bahwa
kenaikan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang akan
mengabsorbsi panas.Karena, kalau solut tambahan yang ingin melarut dalam
larutan jenuh harus mengabsorbsi energi, maka larutan zat tersebut akan bertambah
jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solut tambahan yang dimasukkan ke
dalam larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solut akan menjadi
kurang larut jika temperatur dinaikkan (Moechtar, 1989).
Pada
umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam solven cair
bertambah dengan naiknya temperatur.Untuk gas adlam zat cair, kelakuan yang
sebaliknya terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat cair hampir selalu
bersifat eksotermik, sebab partikel-partikel solut telah terpisah satu sama
lain dan efek panas yang dominan akan timbul akibat solvasi yang terjadi
bilamana gas larut. Kaidah Le Chatelier meramalkan bahwa kenaikan temperatur
akan mengakibatkan perubahan endotermik, yang untuk gas terjadi bilamana ia
meninggalkan larutan. Oleh karen aitu, gas-gas menjadi kurang larut jika
temperatur zat cair di mana gas dilarutkan menjadi lebih tinggi. Sebagai
contoh, mendidihkan air. Gelembung-gelembung kecil tampak pad apermukaan panci
sebelum pendidihan terjadi. Gelembung-gelembung tersebut mengandung udara yang
diusir dari larutan jika air menjadi panas.Kita juga menggunakan kelakukan
kelarutan gas yang umum bilamana
kita menyimpan botol yang berisi minuman yang diberi CO2 dalam
almari es dalam keadaan terbuka. Cairan
tersebut akan menahan CO2 yang terlarut lebih lama bilamana ia
dijaga tetap dingin, sebab CO2 lebih larut pada
temperatur-temperatur rendah. Lain contoh dari phenomenon ini adalah gas-gas
yang terlarut dalam air mengalir dalam telaga-telaga dan dalam sungai-sungai.
Kadar oksigen yang terlarut, yang merupakan keharusan bagi kehidupan marine,
berkurang dalam bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar oksigen
selama musim dingin (Moechtar, 1989).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar,
seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar. Pelarut non polar tidak dapat
mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit lemah dan kuat, karena
tetapan dilektrtik pelarut yang rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan
zat terlarut nonpolar dengan tekanan yang sama melalui inter aski dipole
induksi (Martin , 1993).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat
bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular
dalam cairan tersebut .Kelarutan suatu zat tergantung atas dua factor, yaitu
luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul besar,
kecepatan kecil disbanding dengan zat yang molekulnya .dengan penggerusan
kristal sampai halus, akan memperluas permukaan sedangkan dengan pemanasan
tidak hanya kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan difusi
(Martin, 1993).
Jika
suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang
digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat
dilewati oleh molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka
molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam larutan kearah menyamakan konsentrasi larutan pada kedua sisi dinding pemisah.
Dinding pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran semipermeabel
(semipermeable membrane). (Martin, 1990)
Kekuatan
tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan molekul ion.Kekuatan
dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara molekul-molekul seperti itu,
menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair atau gas) pada kondisi
tertentu seperti suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa kebanyakan senyawa
organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk molekul suatu zat padat
(Howard, 1990).
Apabila
molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik menarik.
Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak menolak mencegah
terjadinya interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila gaya tarik menarik dan
tolak menolak sama maka energi potensial diantara dua molekul adalah minimum
dan sistem itu paling stabil (Howard, 1990).
Kelarutan
suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum
larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.Bila suatu pelarut
pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan
berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang
menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk m embuat larutan jenuh,
disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu
larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution,
USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP)
(Howard, 1990).
Menurut
metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup
baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam
bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan.Cairan supernatan
dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).
Higuchi
dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari
p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar
dimana titik A garis memotong sumbu tegak adalah kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan
kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena
kompleksasi.Pada titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu
sendiri.Kompleks terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila
semakin banyak kafeina ditambahkan.Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA
telah masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Alfred, 1990).
Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi
jumlahnya selalu terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah
zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai
membentuk larutan jenuh (Esteien Y, 2005).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat
kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa
mengindahkan perubahan kimia yang
mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan
bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam
bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka
adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan
boleh menunjukkan sedikit kotoran
mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu.
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair
dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan
pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979).
Istilah kelarutan
|
Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk
melarutkan 1 bagian zat
|
Sangat mudah larut
|
Kurang dari 1
|
Mudah larut
|
1 sampai 10
|
Larut
|
10 sampai 30
|
Agak sukar larut
|
30 sampai 100
|
Sukar larut
|
100 sampai 1000
|
Sangat sukar larut
|
1000 sampai10.000
|
Praktis tidak larut
|
Lebih dari 10.000
|
Faktor yang
mempengaruhi kelarutan
-
Sifat
dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi
polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan
substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo,
1977)
-
pH
Suatu
zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah
terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan
semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).
-
Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang
proses melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan
menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor
(reaksi eksotermik) (Lund, 1994).
-
Solution aditif.
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi
kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu (Lund, 1994).
B.
Uraian
Bahan
1. Air
suling (Ditjen POM, FI III : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat
Molekul : 18,02
Pemerian : cairan
tidak berwarna, tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutupbaik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.
Alkohol (Ditjen POM, FI IV: 63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim :
Etanol, etil alkohol
Rumus Molekul :
C2H6O
Berat
Molekul : 46,07
Pemerian : cairan mudah menguap,tidak berwarna,
jernih,. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar.
Kelarutan :
bercampur dengan air dan praktik
bercampur dengan pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Asam
salisilat(Ditjen POM,FI IV : 50)
Nama resmi : ACIDUM SALICYLUM
Sinonim : Asam salisilat
Rumus Molekul : C2H6O3
Berat
Molekul : 138,12
Pemerian : hablur putih, biasanya
berbentuk jarum putih atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam,
dan stabil di udara.
Kelarutan : Sukar
larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam etanol dan dalam eter,
larut dalam air endidih, agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai sampel
4. Propilen glikol (Ditjen POM, FI IV : 712)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim :
Propilen glikol
Rumus Molekul :
C3H8O2
Berat Molekul :
76,09
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak
berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan
aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak esensial
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai pelarut
5. Tween-80 (Ditjen POM, FI III : 567)
Nama
resmi :
POLYSORBATUM 80
Nama
lain :
Polisorbat 80, tween
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil
asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji
kapas P
Kegunaan :
Sebagai pelarut
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
C.
Prosedur
kerja ( Anonim, 2013 )
A.
Menentukan
kelarutan suatu zat secara kuantitatif
1.
Masukan
1 gram asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirer,
jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh.
2.
Saring
dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
B.
Pengaruh
pelarut campur terhadap kelarutan zat
1.
Buatlah
100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini
Pelarut
|
Air % (v/v)
|
Alkohol (v/v)
|
Propilen glikol % (v/v)
|
A
|
60
|
0
|
40
|
B
|
60
|
5
|
35
|
C
|
60
|
10
|
30
|
D
|
60
|
15
|
25
|
E
|
60
|
20
|
20
|
F
|
60
|
30
|
10
|
G
|
60
|
35
|
5
|
H
|
60
|
40
|
0
|
2.
Ambil
50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam
masing-masing campuran pelarut.
3.
Kocok
larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama
pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh
larutan jenuh kembali.
4.
Saring
larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.
5.
Buatlah
kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan
pelarut campur yang ditambahkan.
C.
Pengaruh
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1.
Buatlah
50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0.1; 0.5; 1,0; 5,0; 10,0; 50,0;
dan 100mg/100ml.
2.
Tambahkan
1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.
3.
Kocok
larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama
pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh
larutan jenuh kembali.
4.
Saring
larutan dan tentukan kadar asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang
digunakan
5.
Tentukan
konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
BAB
III
KAJIAN
PRAKTIKUM
A.
Alat
yang digunakan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a.
Batang pengaduk
b.
Cawan porselin
c.
Corong gelas
d.
Erlenmeyer 25 ml
e.
Gelas kimia 100 ml
f.
Gelas ukur 100 ml
g.
Magnetic strirer italic
h.
Sendok tanduk
i.
Timbangan analitiuk
j.
Oven
B. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam prktikum
yaitu :
a. Air suling
b. Asam
salisilat
c. Alumunium
foil
d. tween
80
C. Cara kerja
1.
Menentukan kelarutan suatu zat secara
kuantitatif
a. Dimasukkan
1 gram asam salisilat dalam 100 ml air dan kocok selama 50 jam dengan stirer, jika ada endapan
yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
smpai diperoleh larutan yang jenuh.
b. Disaring
dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
2.
Pengaruh pelarut campur erhadap
kelarutan zat
a. Buatlah
100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini.
Pelarut
|
Air
% (v/v)
|
Alkohol
% (v/v)
|
Propilen
glikol % (v/v)
|
A
|
60
|
0
|
40
|
B
|
60
|
5
|
35
|
C
|
60
|
10
|
30
|
D
|
60
|
15
|
25
|
E
|
60
|
20
|
20
|
F
|
60
|
30
|
10
|
G
|
60
|
35
|
5
|
H
|
60
|
40
|
0
|
b. Diambil
50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam
masing-masing campuran pelarut.
c. Dikocok
larutan dengan stirrer selama 30
menit.
Jika ada endapan yang larut selama pengocokkan tambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali
d. Disaring
larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut
e. Dibuat
kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan
pelarut campur yang ditambahkan.
3.
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat
a. Dibuat
50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0 ; 5,0 ; 10,0 ; 50,0,
dan 100 mg/100ml
b. Ditambahkan
1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan
c. Dikocok
larutan dengan stirer selama 30
menit.
Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
d. Disaring
larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut
e. Dibuat
kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang
digunakan
f. Ditentukan
konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80
4.
Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
a. Dibuat
100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4,5,6,7 dan 8
b. Diambil
25 ml masing-masing larutan lalu tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalamnya
c. Dikocok
larutan dengan stirer selam 30
memit.
Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat sampai diperoleh larutan yag jenuh kembali
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
A.
Hasil
dan Perhitungan
a. Menentukan
kelarutan suatu zat secara kuantitatif
As. Salisilat (g)
|
Volume Air (ml)
|
Berat Kertas Saring (g)
|
Berat Kertas Saring + Residu (g)
|
Berat Residu (g)
|
Jumlah terlarut (g)
|
1,04
|
50
|
1,4005
|
2,3469
|
0.9464
|
0,0936
|
Perhitungan :
Berat residu = 2,3469 gr – 1,4005 gr
=
0,9464 gr
Jumlah terlarut = 1,04 - 0,9464
= 0,0936 gram/50 ml
=
b.
Pengaruh
pelarut campur terhadap kelarutan zat
Pelarut
|
K. Dielektrik
|
Berat Kertas Saring (g)
|
Berat Kertas Saring + Residu (g)
|
Berat Residu (g)
|
Jumlah terlarut (g)
|
A
|
61.04
|
1,756
|
1,756
|
0.8379
|
0,7185
|
B
|
60.605
|
1,4392
|
1,9100
|
0,4708
|
0,5292
|
C
|
60.17
|
1,4476
|
2,3554
|
0,9078
|
0,0922
|
D
|
59.735
|
1,5086
|
2,1028
|
0,5942
|
0,4058
|
E
|
59.3
|
1,3647
|
2,1023
|
0,7376
|
0,8492
|
F
|
58.43
|
1,4005
|
2,1993
|
0,7988
|
0,7753
|
G
|
57,995
|
1,3617
|
1,7594
|
0,3977
|
0,6823
|
H
|
57.56
|
1,346
|
2,125
|
0,779
|
0,771
|
Perhitungan :
Dik Konstanta dielektrik :
Air :
80,4
Propilen
glikon l : 32
Alkohol : 23,3
Pelarut
A :
Air :
=
61,04
Pelarut B :
Air :
Alkohol :
=
60,605
Pelarut C :
Air :
Alkohol :
=
60,17
Pelarut D :
Air :
Alkohol :
=
59,735
Pelarut E :
Air :
Alkohol :
=
59,3
Pelarut F :
Air :
Alkohol :
=
58,43
Pelarut G :
Air :
Alkohol :
=
57,995
Pelarut H :
Air :
Alkohol :
+
=
57,56
Pengaruh
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
As. Salisilat (g)
|
Berat Kertas Saring (g)
|
Berat Kertas Saring + Residu (g)
|
Berat Residu (g)
|
Jumlah Terlarut (g)
|
|
2,5
|
1%
|
1,0325
|
2,7775
|
1,745
|
0,755
|
2
|
2%
|
0,8158
|
2,4939
|
1,6781
|
0,3219
|
1
|
3%
|
1,4547
|
2,0013
|
0,5466
|
0,4534
|
1,5
|
4%
|
0,8124
|
0,8882
|
0,0758
|
1,4242
|
1
|
5%
|
1,1097
|
1,6948
|
0,5851
|
0,4149
|
1
|
6%
|
1,0805
|
1,5625
|
0,482
|
0,518
|
Perhitungan
:
-
Tween 1 %
Residu sampel = 2,7775
gr – 1,0325 gr
= 1,745 gr
Sampel yang larut = 2,5
gr – 1,745 gr
= 0,755 gr/1mm
-
Tween 2 %
Residu sampel = 2,4939
gr – 0,8158 gr
= 1,6781
g
Sampel yang larut = 2
gr – 1,6781 gr
= 0,3219
gr
-
Tween 3 %
Residu sampel = 2,0013
gr – 1,4547 gr
= 0,5466
gr
Sampel yang larut = 1
gr – 0,5466 gr
= 0,4534
gr
-
Tween 4%
Residu
sampel = 0,8882 gr – 0,8124 gr
= 0,0758 gr
Sampel
yang larut = 1,5 gr – 0,0758 gr
= 1,4242 gr
-
Tween 5%
Residu
sampel = 1,6948 gr – 1,1097 gr
= 0,5851 gr
Sampel
yang larut = 1 gr – 0,5851 gr
= 0,4149 gr
-
Tween 6%
Residu
sampel = 1,5625 gr – 1,0805 gr
= 0,482 gr
Sampel
yang larut = 1 gr – 0,482 gr
= 0,518 gr/100 ml
c. Pengaruh
pH Terhadap Kelarutan Suatu zat
pH larutan
|
Berat sampel
|
Berast kertas saring
|
Sampel dan kertas saring
|
Residu sampel
|
Sampel yang larut
|
5,8
|
1 gr
|
1,4653 g
|
2,1622 g
|
0,6969 g
|
0,3031 g
|
6
|
1 gr
|
1,0541 g
|
1,7176 g
|
0,6635 g
|
0,3365 g
|
7
|
1 gr
|
1,4607g
|
1,9833 g
|
0,5226 g
|
0,4774g
|
8
|
1 gr
|
1,2980 g
|
1,3016 g
|
0,0036 g
|
0,9964g
|
Perhitungan :
-
pH 5,8
Residu sampel = 2,1662
gr – 1,4653 gr
= 0,6969
gr
Sampel yang larut = 1 gr
– 0,6969 gr
= 0,3031gr
-
pH 6
Residu sampel = 1,7176
gr - 1,0541 gr
= 0,6635
gr
Sampel yang larut = 1 gr
– 0,6635 gr
= 0,3365
gr
-
pH 7
Residu sampel = 1,9833
gr – 1,4607 gr
= 0,
5226 gr
Sampel yang larut = 1gr
– 0,5226 gr
= 0,
4774gr
-
pH 8
Residu sampel = 1,3016
gr – 1,2980 gr
= 0,0036
gr
Sampel yang larut = 1gr
– 0,0036 gr
= 0,9964
gr
A.
Pembahasan
Larutan
adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah
kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi
menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat
melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad
jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan
tak jenuh terjadi saat zat terlarut
belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.
Dalam
kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent merupakan
bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya seperti
penggunaan pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa peningkatan
kelarutan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1.
pH
Zat organik yang bersifat asam
lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering digunakan dalam dunia
pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk dapat larut. Zat organik
yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa
agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian sebaliknya.
2.
Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh
temperature yaitu :
a.
Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila
didinginkan dia akan mengendap.
b.
Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
c.
Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3.
Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan
meningkat, begitu pula sebaliknya.
4.
Pengaruh jenis pelarut
Pelarut
polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula
sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau
molekul.
5.
Pengaruh konstanta dielektrik
Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.
6.
Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang
sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.
Praktikum
kali ini kita mengujikan 3 macam percobaan yaitu, pengaruh pelarut campur
terhadap kelarutan zat, pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu
zat dan pengaruh Ph terhadap kelarutan
suatu zat.
Pada
percobaan penentuan pengaruh pelarut terhadap kelarutan suatu zat, dilakukan
dengan mengambil 50 ml pelarut campur yaitu pelarut A,B,C,D,E,F,G,dan H yang
telah ditentukan terlebih dahulu konstanta dialektriknya kemudian dimasukkan 1
gram asam salisilat. Dikocok dengan menggunakan strirer selama 1,5 jam. Jika
setelah dikocok masih ada endapan larut maka ditambahkan lagi asam salisilat
hingga terbentuk endapan. Kemudian difiltrate lalu hasil filtratnya di
keringkan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut, setelah itu dibuatlah
kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik.
Pada praktikum ini terjadi banyak
kesalahan pada hasil praktikum salah satu faktornya yaitu kurang telitinya
praktikan pada saat membuat larutan yang lewat jenuh.
Aplikasi
dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang farmasi, sebab dapat
membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi
obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu
pembuatan larutan farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat
bertindak sebagai standar atau uji kemurnian
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Uji kelarutan asam salisilat secara
kuantitatif menunjukan asam salisilat sukar larut dalam air, hal ini sesuai
literature bahwa asam salisilat sukar larut dalam air.
2.
Semakin tinggi konstanta dielektrik maka
semakin sedikit asam salisilat yang terlarut, hal ini sesuaidengan literature
bahwa asam salisilat merupakan senyawa nonpolar yang lebih larut dalam pelarut
yang memiliki konstanta dielektrik rendah.
3.
Semakin tinggi konsentrasi tween 80
semakin banyak asam salisilat yang terlarut.
B. Saran
Sebaiknya
para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum
(alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan tidak membuat keributan saat berada
di dalam laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2013, Farmasi Fisika, Makassar : UMI.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.
Dirjen POM,
1995, Farmakope Indonesia Edisi IV,
Jakarta :Depkes.
Estien Y, 2005. “Kimia
Fisika Untuk Paramedis”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Moechtar,
1989, Farmasi Fisika, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Rosenberg.
1992. “Kimia Dasar”. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Underwood,
A,L., (1993), “Analisa kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Surabaya
SKEMA KERJA
1. Pengaruh
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Ditimbang bahan
Asam Salisilat 1 gr dan 0,5 gr
|
Siapkan alat dan bahan
|
Keringkan
residunya dan ditimbang
|
Saring endapan
dengan menggunakan kertas filtrasi
|
Dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 100 mL yang berisi larutan tween dengan konsentrasi 5%,
6%, 7%
|
Diaduk hingga
homogen dengan menggunakan stirrer
|
Dilakukan
penambahan kembali 0,5 atau 1 gr Asam Salisilat sampai membentuk endapan
dan larutan menjadi jenuh
|
Hitung
kelarutannya
|
2.
Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
Siapkan alat dan
bahan
|
Buat 100 ml larutan
dapar fosfat pH 4, 5, 6, 7, dan 8
|
Kocok larutan
dengan stirrer selama 1,5 jam
|
Masukkan 25 ml
larutan dapar fosfat dan 1 g bahan Asam salisilat ke dalam erlenmeyer
|
Saring endapan
dengan menggunakan kertas filtrasi
|
Bila tidak
terdapat endapan, dilakukan penambahan kembali asam salisilat 1g atau 0,5 g
hingga memperoleh laruan jenuh
|
Keringkan
residunya dan ditimbang
|
Hitung
kelarutannya
|
3. Pengaruh
pelarut campur terhadap kelarutan zat
Siapkan alat dan bahan
|
Bila tidak
terdapat endapan, dilakukan penambahan kembali asam salisilat 1g atau 0,5 g
hingga memperoleh laruan jenuh
|
Masukkan 50 ml
campuran pelarut dan asam salisilat 1 g ke dalam masing-masing erlenmeyer
|
Kocok larutan
dengan stirrer selama 1,5 jam
|
Saring endapan
dengan menggunakan kertas filtrasi
|
Keringkan
residunya dan ditimbang
|
Buat 100 ml
campuran bahan pelarut Air, Alkohol
dan Propilen glikol
|
Hitung
kelarutannya
|
MicroTouch Titanium Trimmer 2x (4" LCD) - iTanium-Arts
BalasHapusThis ultra-long-lasting and compact multi-channel LED gaming console titanium bracelet offers a 도레미시디 출장샵 superior titanium dioxide Type: titanium flashlight Microtouch 3.2. titanium white dominus Color: Black.